Puisi
Zainuddin M. Arie
Aku tegak sudah
sehadapku langit megah
cengkehku damba harum bunga mewah
palaku ternanti pada buah rekah-belah
maka berkatalah aku kepada ku
pada pala karena menyimpan fuli
pada cengkeh memendam pedas
pada pala karena membelah
pada cengkeh karena merekah
sehadapku langit damba meninggi
cengkeh pun pala senja hingga pagi
maka berkatakah aku kepada ku
kuserahkan akar, batang, dahan pun hati
kuserahkan tangan, dahi, hayat pun mati
maka berkatalah aku kepada ku, karena akulah
menegakkan
merundukkan
memanggil
menyambut
cengkeh palaku pada bumi akarku hina tiada berakal
cengkeh palaku pada lelangit pucuk pongah, padahal
cahyaku aku
serukan aku
rinduku aku
pulangku ke aku
pepucuk melangit, daunan memohon, bunga pun rela
pada aroma cengkeh dan getir pala
pada hening lelangit seribu petala
pada puja runduk ku nafsu segala
pada insyafku, maka berkatalah aku kepada ku
harumku, bukan aku
hangatku, bukan aku
karena aku sejati ku.
Toboleu, 30 Janu 2024, Ba’da Subuh.