Puisi
Oleh: Burhanuddin Jamal
di tujuh puluh tujuh ini
daku menulismu, himpunan.
rumah tua yang dibangun
atas dasar cinta, ayahanda
lafran pane, bukan lagi
hijau, subur yang makmur
kini menjadi singah bak
ladang pasaran keabangan-
abangan, dengan banga
bernama yunda-yunda
seperangkat perketuman
para segelintir kabid-kabid
sekelompok wasek
memukul dada, bergelar
namun, bagai hitam, tak lagi
ruang keilmuan, keislaman
seakan gugur, keindonesiaan
ia yang putih telah bernafas
isi perut, independen hanya
sebatas wacana, bukan
lagi iman islam ikshan, bukan
iman ilmu amal.
daku ingin menulismu, himpunan
dari bahasa nurcholish
bubarkan saja hminya, ah bila
tak lagi berbenah atas
petuah jendral
soedirman.