Kemarau dan Hujan 
m
malutpedia.com
-
Feb, 02 2024
Foto: Arlanihukum

Puisi
Oleh: Arlanihukum

musim kemarau tiba saatnya,
namun hujan mengalah
tidak ingin pergi, sesampai di tahun ini,
lambaian masih saja
menjadi bunga-bunga tidur,
ingin sekali ku usir bersama
sisir yang pernah dipakainya,
tetapi sayangnya hanya itu
yang tersisa kenangan silam dan salam

kemarau datang menyapa
kepada hujan sepertinya sudah saatnya,
kepergian meninggalkan mimpi,
piring dan sendok,
hendak sikat mencari sabun,
ditengah-tengah perjalanan pulang
temu baju dibasahi air,
syair ini menangis dibawa
pohon manggis, tersedu-sedu sendiri
teriris

hujan tidak lekas juga pergi,
karena mentari terlalu panas,
pandang dinding kosong,
lihatlah senja itu mulai
menyongsong pergi,
hujan lekas mengingatkan
daku kepada malam,
dan genangan air di jalanan,
perih mata menatapnya,
hingga linang air mata

kemarau tak kunjung paham
kepada kalimat hujan rintik,
bait-bait terisi tanpa titik,
pertanda menolak usai,
biarlah sungai itu terus mengalir,
sederas air terjun di pinggiran tebing,
bingkai begitu bening
sepanjang benang, angsa berenang

wajah hujan mulai memerah
penuh amara, rintik berubah menjadi deras,
basa teras perumahan,
berdiri lah ke dalam laut dalam,
sedalam masa silam,
segelintir petir mulai mengusik,
kiranya kedatangan bunyi mengusir
sunyi, rupanya menambah sunyi
dan sepi

duh.. aduhai kemarau dan hujan,
suar di badan membasahi baju,
tidak termakan api seterang
pulau limau gapi, hendak kau
telah menepih, biarlah sepi
merambuk terus mabuk
sendiri.

Ternate, 30 januari 2024

© 2023 Malutpedia | All rights reserverd.