Menulis Selagi Hidup
m
malutpedia.com
-
Feb, 02 2024
Istimewa

Oleh: Sofyan Togubu

“…menulis berarti mengurangi beban berat derita dan membaca adalah menyunting luka-luka di dalam diri.” Sepenggal puisi, Norrahman Alif.

Setelah membaca beberapa tulisan di media online, saya menemukan sebuah sajak menarik dengan judul puisi “Kita Sama-Sama Abadi” bagi saya yang diulas Norrahman Alif seperti kutipan diatas patut ditelusuri pori-pori yang bersemedi serta energi positif terkandung di dalamnya.

Membuat saya bersemangat menulis sepenggal sajak ini adalah sangat berkaitan dengan perdebatan saya dengan seorang teman lama beberapa waktu lalu. Dalam pertemuan di siang bolong, matahari membakar kulit, bertemu di kediaman rumah keluarganya. Lantai II jadi saksi, rumah bertingkat penuh aksesoris dan pajangan di rak buku rapi membuat nyaman para tamu.

Pertemuan itu pun tidak disengaja, di saat sedang melakukan aktivitas liputan, kebetulan melewati rumah ditepati teman lama itu dan alasan lama tak jumpa sehingga menempatkan diri untuk bersilaturahmi. Selain menanyakan kabar, topik dibahas cukup sederhana yakni “untuk apa menulis” hal ini diangkat lantaran teman lama saya temui dulunya aktif menulis terutama cerita pendek (cerpen) bahkan essay. Namun, beberapa tahun terakhir tak bertemu hingga nomor kontaknya pun hilang tak bisa dihubungi, ia mulai jarang menulis hilang dari dunia literasi. Semangat saya dalam dunia menulis ini pun karena jasanya tak langsung membakar semangat diam-diam lewat tulisanya yang menghanyutkan.

Nah, pertemuan ini saya bertanya amat dalam, mengapa hilang dari dunia menulis ? Tak disangka, sebuah jawab seorang teman lama”…Andai saja ketidaktahuan itu bisa ditulis, maka tak ada kertas tersisa. Dan andai kata kebodohan itu bisa dicatat, tak ada lagi pena dijual.” katanya memecah kesunyian.

Tidak cukup sampai disitu, banyak argumen dilontarkan perihal ia mulai jarang menulis. Setelah mendengar semua penjelasanya, saya memulai buka suara bahwa jika saat ini kita tidak menulis padahal kita mengetahui dan rata-rata menuangkan ide dalam tulisan biasanya menyoroti orang-orang sederhana masih luput dari perhatian banyak orang. Ini menjadi dasar saya menulis dengan memang teguh pada sebuah motto “Beramal Lewat Kata-Kata” sekalipun tulisanya tidak sehebat penulis di luar sana, menulis selagi hidup. Begitu pula kata Norrahman, menulis berarti mengurangi beban berat derita.

Wajah polosnya menatap bulir air hujan jatuh di sela-sela loteng dengan pasrah, ia melangkah mengambil sebuah ember putih tak jauh dari tempat  kami duduk. Secangkir kopi hitam mulai dingin, setelah air dalam ember penuh ia mulai minum tanpa ragu. Katanya air hujan begitu enak sekalipun tanpa dikukus lebih dahulu. Begitu kebiasaan nenek moyangnya tinggal di hutan berkebun tanpa memikirkan beban hidup.

Usai duduk, saya pun mengarahkan perhatiannya pada pokok pembahasan awal untuk apa menulis? Perlahan-lahan, ia mulai bersemangat dan berjanji untuk intens menulis selain puisi dan cerpen yang jadi fokus adalah essay. Mengakhiri pertemuan selama 30 menit berakhir saling mendoakan kelak bisa bertemu kembali dan menulis bersama di suatu kelak. (*)

© 2023 Malutpedia | All rights reserverd.