Puisi
Oleh: Arlanihukum
aduhai Rinai
wajahmu merayu ayun hatiku,
bagai sampan berlayar tenang
gayun mengemudi,
senyum mu semanis madu,
apalah daya aku dimabuk mesrah
sebotol anggur cinta genggamanku,
begitu rihai indahmu, menutup pekap
malam
aduhai Rinai,
gaunmu menari-nari serasa jemariku
dekat membelaimu Rinai,
harum semerbak wewangian mu,
meracuni mimpi-mimpi ku,
aku sepahit kopiku, iri bila orang
lain yang dahulu memilikimu
aduh duh aduh Rinai,
hitam rambutmu membuat
mata ku buta jika berpaling pandang,
telah terjerat hati diambang cinta,
tatkala malam-malam penuh
ditutupi bunga ilalang, wajahmu
selalu terbayang
duhhh.. aduhai kau Rinai,
memilikimu adalah selimut harapan
saat sendiri kedinginan,
hati enggan memendam cinta,
teringat daku apa yang dikatakan
Rasulullah:
” jika cinta mu sungguh-sungguh sampaikanlah jangan dipendam, itu hanya akan menjadi luka”,
oh rinai, cintaku mendahului
kasih dan sayangku
aduhai Rinai,
gemilang bintang cahaya rembulan,
tersipu malu balik pandang,
dalam kebasahan hujan mengguyur ku,
daku tidak tersadarkan,
sebab jantung berdebar kencang,
rasanya hampir pecah dadaku
du aduhai Rinai
malam tidur panjang
selalu nyaris wajahmu terpampang
di dinding-dinding mimpiku,
namamu menghantui daku tidak
bisa tidur,
oh Rinai.. bagaimana jika aku jatuh sakit?
kepada siapa datang menjengukku,
jika ada yang datang memberi obat
daku tidak mau meminumnya, jika bukan pemberian darimu
Rinai duh aduhai..
andai saja engkau tahu,
penawar yang ampuh tuk menyembuhkan sakit ku adalah kedatangan tanganmu menghelus kepala ku bersama suara doa cepat lekas sembuh darimu, sudikah kau melakukanya?, rasanya itu tidak mungkin,
sedang kau bukan siapa-siapa ku
datang menyapa
ah Rinai,
namamu tidak dapat dihapus,
setiap lafal doa-doa ku,
walau sering hilang tapi membekas
diberangkas sajadah milik nenek ku,
Rinai oh Rinai, cintaku kan memperparah sakitku.
Ternate, 30 Januari 2024